Dalan hutan permai yang penuh dengan keindahan
Ada 2 makhluk yang
tersesat,
Satu memilih berdiam diri , dan yang lainnya memilih
mengembara
Dalam hutan permai yang penuh keindahan seringkali manuisa
terjebak dengan paradigma bahwa “hutan itu menyeramkan” sehingga membuat dia
henti langkah untuk mencari jalan keluar. Kita memilih diam demi menyelamatkan
diri, menunggu bala bantuan menghampiri. Daripada harus keluar dari goa sebagai
tempat teraman, keluar dari goa sama dengan mencari-cari masalah, menghadapi
para binatang buas yg bisa menerkam kapan saja, melewati tebing-tebing curam
yang bisa membunuh kita, melalui sungai-sungai deras yang bisa menenggelamkan
kita. Kita memilih statis , karena kita terlalu ketakutan dalam menghadapi
semuai rintangan. Tapi kita sangat tidak menyadari bahwasanya diam kita pun
mengundang kematian kapan saja, waktu yang terus bergulir, detak-detaknya pun
terus berjalan menghisap sisa umur yang kian menipis. Hingga kematian yang
mengintainya akan membinasakan dia jika waktunya sudah tiba, dia akan
terselubung dalam sudut gua yang gelap dan dingin di tengah hutan permai yang
yang penuh keindahan dan jauh dari keramaian serta kehangatan, sungguh ironi.
Dia tetap tinggal dalam goa yang menyesakkan hingga menjadi tulang belulang
yang menjadi warisannya kelak sebagai manusia tak bernama dan tak berguna.
Lain halnya dengan makhluk lainnya yang memilih mengembara
disaat dia tau tersesat dalam hutan permai yang penuh keindahan itu. Dia mulai
menghentakakan kakinya untuk terus berjalan menyusuri jalan setapak, berenang
melewati derasnya aliran sungai, memanjat tebing-tebing curam, menikmati
perubahan cuaca yang sadis, dari hujan badai menuju panas terik. Dia melakukan
segalanya demi bisa keluar dari hutan gelap yang menyimpan keindahan itu. Dia
tahu betul marabahaya memburunya setiap saat tapi dia tak peduli, yang dia
lakukan hanya terus bergerak, bergerak, dan bergerak sembari menikmati panorama
alam yang begitu menyejukkan mata dan menentramkan jiwa. Berbagai macam tanaman
dan hewan jinak kini menjadi sahabat terdekatnya. Dia mendapatkan banyak hal baru dalam
hidupnya, dia memanfaatkan kesampatan dalam kesempitan ini. Beragam ranah
peristiwa dalam hutan yang menantang dan melenakan telah ia taklukan , ia
seakan menjadi tarzan otodidak nan karbitan. Menit demi menit, jam menuju jam
lainya, dan Hari berpindah hari telah ia lewati, telah sampailah ia dalam
penghujung perjuangan ini, pelangi yang terlihat di atas perumahan perkampung
semakin jelas terlihat. Sisa tenaganya ia gunakan untuk lari sekuat tenaga
menuju rumah dimana keluarganya sedang menunggu kehadirannya. Tangis haru
membahana di pemukiman tersebut, ia ceritan banyak hal pada semua yang
menyaksikan. Hingga waktu terus bergulir dan ia pun tutup usia di tengah
hangatnya keluarga yang menemani, dan meninggalkan nama yang berkesan pejuang
tiada akhir.
Sahabat silahkan memilih, apakah ingin menjadi pengembara
atau seorang pejuang statis sampai akhir hayatnya???
Subhanallah .. neng Irma .. :) salam Blogger ukht.. he8 :D
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus