Penayangan bulan lalu

Selasa, 07 Februari 2012

pengembara atau pejuang statis?



Dalan hutan permai yang penuh dengan keindahan
Ada  2 makhluk yang tersesat,
Satu memilih berdiam diri , dan yang lainnya memilih mengembara

Dalam hutan permai yang penuh keindahan seringkali manuisa terjebak dengan paradigma bahwa “hutan itu menyeramkan” sehingga membuat dia henti langkah untuk mencari jalan keluar. Kita memilih diam demi menyelamatkan diri, menunggu bala bantuan menghampiri. Daripada harus keluar dari goa sebagai tempat teraman, keluar dari goa sama dengan mencari-cari masalah, menghadapi para binatang buas yg bisa menerkam kapan saja, melewati tebing-tebing curam yang bisa membunuh kita, melalui sungai-sungai deras yang bisa menenggelamkan kita. Kita memilih statis , karena kita terlalu ketakutan dalam menghadapi semuai rintangan. Tapi kita sangat tidak menyadari bahwasanya diam kita pun mengundang kematian kapan saja, waktu yang terus bergulir, detak-detaknya pun terus berjalan menghisap sisa umur yang kian menipis. Hingga kematian yang mengintainya akan membinasakan dia jika waktunya sudah tiba, dia akan terselubung dalam sudut gua yang gelap dan dingin di tengah hutan permai yang yang penuh keindahan dan jauh dari keramaian serta kehangatan, sungguh ironi. Dia tetap tinggal dalam goa yang menyesakkan hingga menjadi tulang belulang yang menjadi warisannya kelak sebagai manusia tak bernama dan tak berguna.
Lain halnya dengan makhluk lainnya yang memilih mengembara disaat dia tau tersesat dalam hutan permai yang penuh keindahan itu. Dia mulai menghentakakan kakinya untuk terus berjalan menyusuri jalan setapak, berenang melewati derasnya aliran sungai, memanjat tebing-tebing curam, menikmati perubahan cuaca yang sadis, dari hujan badai menuju panas terik. Dia melakukan segalanya demi bisa keluar dari hutan gelap yang menyimpan keindahan itu. Dia tahu betul marabahaya memburunya setiap saat tapi dia tak peduli, yang dia lakukan hanya terus bergerak, bergerak, dan bergerak sembari menikmati panorama alam yang begitu menyejukkan mata dan menentramkan jiwa. Berbagai macam tanaman dan hewan jinak kini menjadi sahabat terdekatnya.  Dia mendapatkan banyak hal baru dalam hidupnya, dia memanfaatkan kesampatan dalam kesempitan ini. Beragam ranah peristiwa dalam hutan yang menantang dan melenakan telah ia taklukan , ia seakan menjadi tarzan otodidak nan karbitan. Menit demi menit, jam menuju jam lainya, dan Hari berpindah hari telah ia lewati, telah sampailah ia dalam penghujung perjuangan ini, pelangi yang terlihat di atas perumahan perkampung semakin jelas terlihat. Sisa tenaganya ia gunakan untuk lari sekuat tenaga menuju rumah dimana keluarganya sedang menunggu kehadirannya. Tangis haru membahana di pemukiman tersebut, ia ceritan banyak hal pada semua yang menyaksikan. Hingga waktu terus bergulir dan ia pun tutup usia di tengah hangatnya keluarga yang menemani, dan meninggalkan nama yang berkesan pejuang tiada akhir.



Sahabat silahkan memilih, apakah ingin menjadi pengembara atau seorang pejuang statis sampai akhir hayatnya???

2 komentar: